Minggu 26 Maret 2017
Gunung Tua
Kebanyakan orang pada umumnya diluar sana sangat mendambakan
menjadi seorang pujangga atau yang biasa
disebut penyair gemerlap kehidupan seorang pujangga seolah menyilaukan dunia
orang-orang menginginkannya bahkan tidak hanya satu atau dua kali kita melihat
ada orang-orang tertentu yang rela melakukan apapun untuk mencapai itu,namun
berbeda halnya dengan Fauzan Azmima seorang pujangga kelahiran Gunug Tua 32
tahun yang lalu ini harus berletih-letih mengembara bersama teman-teman
komunitas pujangga lainnya dari satu daerah ke daerah lain hanya untuk
memperjuangkan hasil karya mereka,dikarenakan karya ciptanya selalu dikatakan
plagiat oleh Komite Penyeleksi Syair Pujangga Daerah atau KPSPD dan harus
dilakukan test untuk membuktikan keasliannya untuk itu mereka melakukan
perjalanan ke setiap kabupaten kota untuk memeriksa hasil karya mereka di KPSPD
masing-masing daerah kemudian menuju ke kantor KPSPD provinsi sebagai
pemeriksaan akhir.
Namun sudah berbulan-bulan lamanya baru 2 KPSPD kabupaten
yang menyatakan hasil karya mereka asli sementara yang lain belum ada tanggapan
mereka juga menuturkan bahwa saat proses pemeriksaan karya tersebut sering diminta sejumlah uang untuk
memenuhi biaya administrasi oleh sejumlah oknum yang sebenarnya itu tindakan
tidak benar,jenuh akan proses tersebut fauzan dan rekan-rekan melalui media
radio mengatakan tidak ingin hasil karya mereka di test lagi.
“Dengan ini kami sampaikan bahwa kami selaku komunitas
pujangga Fauzan dan rekan menghimbau kepada KPSPD agar tidak lagi melakukan
test terhadap hasil karya-karya kami dalam bentuk apapun. Kami tidak ingin lagi
mengirimkan hasil karya kami untuk dipertandingkan dibawah naungan KPSPD dan
kami berhenti dari semua test yang sedang berlangsung,jika himbauan ini tidak
diindahkan maka kami akan mengambil langkah kedepan” ujarnya. Pada talkshow singkat hari Rabu sore waktu
setempat tanggal 22/3/2017 di radio Ovq Gunung Tua.
Ada sekitar ratusan syair-syair yang diciptakan oleh
komunitas pujangga fauzan dan rekan yang tersimpan dalam arsip komite
penyeleksi dan puluhan diantaranya terindikasi merupakan hasil plagiat karena
terdapat kesamaan dalam hal gaya bahasa,kalimat dan makna pada karya-karya
tersebut hal itu diungkapkan oleh staf bidang keabsahan dan legalitas syair
KPSPD Drs.H. Fifit Suheiri Prastiaji SH. M.pd ketika ditemui dalam gathering peringatan hari Pujakesuma
yang diadakan oleh paguyuban keluarga Pujakesuma regional GunungTua di ballroom
hotel Selalu Ingat,Gunung Tua,Jumat 24/3/2017
“Syair dari bapak fauzan dan rekan-rekan memang sungguh
indah bisa membawa pembacanya seolah masuk kedalam fantasi dan sulit untuk
keluar,tetapi kalau hasil karyanya sama persis dengan hasil karya orang lain
yang lebih dahulu sudah ada maka itu namanya plagiarisme,tidak boleh berlaku
seenaknya dan sembarangan dengan orang lain harus mengikuti rambu-rambu dan
aturan yang sudah ditetapkan oleh KPSPD dong, silahkan hasil karyanya diperiksa
di masing-masing daerah kemudian di kantor KPSD provinsi apakah asli atau
tidak. Tidak benar itu. kalau ada tindakan pemungutan biaya dalam proses
administrasi apalagi diskriminasi dan bullying
atau semacamnya terhadap komunitas mereka,semua diperlakukan secara sama”
Imbuhnya.
Dalam acara talkshow tersebut fauzan dan rekan juga
menyampaikan sering mendapatkan tindakan diskriminasi dan bullying terhadap hasil-hasil karya mereka baik secara langsung
maupun tidak langsung dengan mempersempit keberadaan karya mereka yang mana
mereka menyampaikan bahwa tindakan tersebut tentu saja tidak dibenarkan dalam
prosesnya.
Tidak banyak yang mengetahui nama fauzan dan rekan secara
luas namun untuk daerah Gunung Tua mereka sudah dikenal baik fauzan memulai
karir sebagai penyair sewaktu masih dibangku sekolah menengah atas pernah
beliau menulis lagu untuk band-band sekolah mereka yang ikut dalam ajang
festival-festival musik antar sekolah,adapun prestasi yang pernah ia raih
antara lain juara 1 membuat puisi antar SMA se kabupaten 3 tahun
berturut-turut,juara umum kompetisi pencarian bakat dalam bidang syair serta
penulis lagu, dan kompetisi lainnya.
“Kami sampaikan bahwa agar segala tindakan diskriminasi dan bullying terhadap karya-karya kami dalam
bentuk nyata maupun tidak dihentikan sekarang juga,saat ini kami hanya menulis
karya-karya kami untuk diri kami sendiri atau untuk membuat orang lain terhibur
dan merasa bahagia kami tidak tertarik lagi untuk mengikuti permainan KPSPD”
Selama sekitar 8 tahun berkarya didunia syair fauzan tidak
mendapatkan apa-apa yang disebut sebuah kelayakan untuk seorang pujangga bahkan
untuk membiayai penulisan,publikasi karya, pendaftaran keaslian dan legalitas
karya masih menggunakan biaya pribadi dan sama sekali belum pernah mendapatkan
buah dari hasil karya-karyanya,saat fauzan mengundang tim peliput berita
mengunjungi tempat kediamannya di rumah susun Jl. Bunga Edelweis. No 32. tampak
kehidupannya dan istri Josefina Larasati,serta ke 3 anaknya dalam kondisi yang
sederhana.
Terdapat belasan sertifikat maupun penghargaan yang didapat
saat mengikuti ajang festival maupun pencarian bakat maupun ajang menulis puisi
dan yang lainnya dalam sebuah lemari kaca yang tersusun dengan rapi dan
indah,juga beberapa potongan berita utama didalam surat kabar setempat mengenai
dirinya dan prestasi yang pernah dicapainya,fauzan bercerita banyak hal terkait
profesinya maupun kehidupan pribadinya serta keluarganya dan memberikann
pandangannya terkait profesi yang dijalankannya saat ini dan prediksi
kemungkinan kedepannya akan seperti apa.
Dengan suguhan yang nikmat, di ruang tamu itu ia berbagi
cerita dengan hangat dan penuh hormat dan seluruh tim mengaguminya kami juga
berkesempatan untuk melihat beberapa karyanya yang pernah menjuarai beberapa
kompetisi,hingga saat ini fauzan masih menjalani profesinya sebagai pujangga
tetapi hanya berfokus kepada dirinya dan komunitasnya saja yang digunakan untuk
menghibur maupun membahagiakan keluargan maupun teman-teman dekatnya.
Berikut adalah potongan syair dari salah satu karya
terbaiknya
“Bara ini sungguh panas hingga kulit terkelupas karenanya”
“Namun ia telah melemparkannya sebagaimana orang itu telah
melemparkannya”
“Ikatan ini begitu erat hingga dapat menahan angin untuk
bergerak”
-Fauzan Azmima-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar