Satu lagi tokoh pahlawan yang menginspirasi dimana nama dan
kisahnya sudah dikenal luas dengan di angkatnya kisah beliau ke dalam sebuah
film maupun ditulisnya biografi yang menceritakan tentang perjalanan tokoh yang
satu ini,oleh karena itulah penulis pada kesempatan kali ini ingin dan tertarik
menulis profil tokoh ini dan penulis akan mencoba untuk merangkum kisah ini
berdasarkan data dan informasi yang penulis miliki secara lengkap, berikut
adalah sajian dari penulis.
Cut Nyak Dhien lahir di lampadang,aceh besar,tepatnya daerah
mukim VI yang dahulu masih dalam bentuk kerajaan aceh pada tahun 1848,merupakan
keturunan bangsawan yang didapat dari ayah yang bernama Teuku Nanta Setia
seorang imam atau hulubalang pada daerah mukim VI yang juga merupakan keturunan dari Datuk
Makhudum Sati seorang perantau dari sumatera barat yang kemungkinan hijrah ke
aceh pada abad ke 18 ketika kesultanan aceh saat itu dipimpin oleh Sultan
Jamalul Badrul Munir.
Datuk Makhudum Sati merupakan keturunan dari Laksamana Muda
Nanta yang merupakan perwakilan kesultanan aceh pada masa kepemimpinan Sultan
Iskandar Muda di daerah pariaman,berdasarkan garis keturunan itu maka ayah
dari cut nyak dhien merupakan keturunan minangkabau sedangkan ibunya merupakan
seorang putri dari hulubalang daerah lampegeu.
Pada masa kecil cut nyak dhien di beri pendidikan agama dan
hal-hal mengenai urusan rumah tangga yang menyangkut kebutuhan sehari-hari
sebagaimana halnya seorang perempuan banyak laki-laki yang menyukainya dan
ingin melamarnya karena cut nyak dhien sendiri juga memiliki rupa yang
cantik,hingga pada usia 12 tahun akhirnya ia dinikahkan oleh orang tuanya
dengan Teuku Ibrahim Langa putra dari hulubalang lamnga ke XIII yang dari
pernikahan itu merelka dikaruniai satu anak laki-laki.
Gambar: Cut Nyak Dhien diabadikan pada perangko
Pada tahun 1873 belanda menyerang kesultanan aceh dan mulai
melepaskan tembakan meriam ke daratan aceh dari kapal perang citadel van
antwerpen pertempuran pun meletus, belanda mendarat di pantai ceureumen di
bawah pimpinan köhler pada april tahun 1873, kesultanan aceh yang dipimpin oleh
panglima polim dan sultan mahmud
syah bertempur melawan belanda yang dipimpin johan harmen rudolf
köhler yang ketika itu berkekuatan 3.198 prajurit. Kesultanan aceh berhasil
memenangkan pertempuran ketika itu,ibrahim lamnga yang berada di garis depan
kembali dengan teriakan kemenangan sementara köhler tewas tertembak.
Tidak berhenti sampai disitu belanda yang penasaran dengan
kesultanan aceh kembali mengirimkan pasukannya satu tahun kemudian dibawah
pimpinan jenderal jan van swieten yang akhirnya dapat menduduki daerah mukim VI
dan menyebabkan jatuhnya keraton sultan mukim VI,sebagaimana dijelaskan pada
artikel sebelumnya bahwa mukim adalah himpunan
beberapa desa yang dipimpin oleh seorang imam
yang disebut hulubalang,hulubalang adalah bawahan utama sultan yang dianugerahi
dan dipercaya untuk mengelola dan menjalankan roda kerajaan didaerah mukim
tersebut dan kesimpulannya bahwa yang diduduki oleh belanda adalah kekuasaan
hulubalang di daerah mukim VI tidak kerajaan/kesultanan aceh inti atau pusat.
Karena kejatuhan daerah mukim VI, maka cut nyak dhien dengan
membawa bayi akhirnya mengungsi bersama ibu-ibu dan rombongan lainnya pada
tahun 1875 sedangkan suaminya ibrahim lamnga melanjutkan pertempuran dan
berusaha untuk merebut kembali daerah mukim VI, hingga pada tahun 1878 ibrahim
lamnga tewas pada pertempuran di Gle Tarum, pasukan aceh sendiri bertempur
dengan senjata yang salah satunya menggunakan rencong,rencong adalah senjata
tradisonal milik suku aceh.
Gambar: Rencong
Tidak berselang lama setelah kematian ibrahim lamnga cut
nyak dhien dipersunting oleh teuku umar pada tahun 1880 yang merupakan seorang
tokoh perjuangan aceh,pada awalnya cut
nyak dhien menolak lamaran itu namun karena teuku umar menjajanjikan untuk bisa
berperang membela aceh maka cut nyak dhien lalu menerimanya dan menikah untuk
kedua kalinya dengan teuku umar,dari pernikahan tersebut mereka dikaruniai
seorang anak perempuan yang diberi nama cut gambang.
Pertempuran gerilya kembali dilanjutkan,tanpa diketahui
teuku umar ternyata berhubungan dengan pihak belanda dan hubungan tersebut
semakin hari semakin erat hingga pada tahun 1893 teuku umar membuat langkah
yang mengejutkan dengan pergi ke kutaraja dengan 250 orang pasukan untuk
menyerahkan diri,hal tersebut menjadikan belanda sangat senang dan memberika
gelar Teuku Umar Johan Pahlawan dan menjadikannya komandan unit
pasukan belanda dengan kekuasaan penuh,melihat hal yang demikian cut nyak dhien
berusaha untuk memberikan nasehat agar teuku umar kembali berjuang untuk aceh
namun teuku umar tetap pada pihak yang berseberangan.
Gambar: Teuku Umar
Teuku umar yang berkhianat memicu kemarahan dari pihak
belanda dan memerintahkan operasi skala besar untuk menangkap teuku umar dan
cut nyak dhien yang dipimpin oleh Jenderal Jakobus Ludovicius Hubertus Pel dan
mencabut gelar pahlawan dari teuku umar,pasukan tersebut mencari keberadaan
teuku umar dan membakar rumahnya. Seorang informan belanda mengetahui rencana
bahwa cut nyak dhien dan suaminya akan menyerang daerah kutaraja dan meulaboh
pada tahun 1899 hingga pada pertempuran di meulaboh teuku umar gugur tertembak.
Cut nyak dhien kemudian memimpin pertempuran di deerah
pedalaman meulaboh menggantikan teuku umar bersama pasukan kecilnya serta
berusaha untuk melupakan kematian suaminya,pasukan cut nyak dhien bertempur
hingga tahun 1901 sebelum akhirnya harus mundur kebelakang karena pengalaman
pasukan belanda yang sudah biasa berperang di daerah aceh serta peralatan dan
persenjataan mereka yang lengkap,disamping itu juga faktor usia cut nyak dhien yang
tidak memungkinkan untuk melanjutkan pertempuran dan kesulitan yang dihadapi
guna mendapatkan logistik juga merupakan penyebabnya.
Rekomendasi: Profil Tokoh: Sultan Iskandar Muda
Di banda aceh cut nyak dhien dirawat karena penyakitnya dan
perlahan-lahan mulai mendapatkan kesembuhan,kemudian pihak belanda memutuskan
untuk memindahkannya ke sumedang karena khawatir kehadirannya di aceh akan
menimbulkan semangat perjuangan penduduk aceh untuk kembali melakukan
pemberontakan,hingga pada tahun 1908 menghembuskan nafas terakhirnya karena
usia yang sudah tua,cut nyak dhien di tetapkan sebagai pahlawan nasional
indonesia melalui SK Presiden RI No.106 Tahun 1964 pada
tanggal 2 Mei 1964.
Sebagai bentuk penghormatan nama cut nyak dhien diabadikan
pada kapal perang indonesia (KRI) Cut Nyak Dhien,mata uang rupiah dengan
nominal sepuluh ribu rupiah yang dikeluarkan pada tahun 1998 memuat
gambar cut nyak dhien dengan deskripsi Tjoet Njak Dhien,juga
sebagai nama jalan di berbagai kota di indonesia dan di bangun sebuah mesjid di
belakang makamnya untuk mengenangnya. Kisah cut nyak dhien juga diangkat
kedalam film drama yang berjudul Tjoet Nja Dhien dan ke berbagai karya seni
lainnya.
Sumber: 1. Wikipedia
2. Biografiku.com
3. Pahlawanindonesia.com
4. Biografi-tokoh-ternama.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar