Sabtu, 28 Januari 2017

Profil Tokoh: Cut Nyak Dhien




Satu lagi tokoh pahlawan yang menginspirasi dimana nama dan kisahnya sudah dikenal luas dengan di angkatnya kisah beliau ke dalam sebuah film maupun ditulisnya biografi yang menceritakan tentang perjalanan tokoh yang satu ini,oleh karena itulah penulis pada kesempatan kali ini ingin dan tertarik menulis profil tokoh ini dan penulis akan mencoba untuk merangkum kisah ini berdasarkan data dan informasi yang penulis miliki secara lengkap, berikut adalah sajian dari penulis.

Cut Nyak Dhien lahir di lampadang,aceh besar,tepatnya daerah mukim VI yang dahulu masih dalam bentuk kerajaan aceh pada tahun 1848,merupakan keturunan bangsawan yang didapat dari ayah yang bernama Teuku Nanta Setia seorang imam atau hulubalang pada daerah mukim VI  yang juga merupakan keturunan dari Datuk Makhudum Sati seorang perantau dari sumatera barat yang kemungkinan hijrah ke aceh pada abad ke 18 ketika kesultanan aceh saat itu dipimpin oleh Sultan Jamalul Badrul Munir.

Datuk Makhudum Sati merupakan keturunan dari Laksamana Muda Nanta yang merupakan perwakilan kesultanan aceh pada masa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda di daerah pariaman,berdasarkan garis keturunan itu maka ayah dari cut nyak dhien merupakan keturunan minangkabau sedangkan ibunya merupakan seorang putri dari hulubalang daerah lampegeu.

Pada masa kecil cut nyak dhien di beri pendidikan agama dan hal-hal mengenai urusan rumah tangga yang menyangkut kebutuhan sehari-hari sebagaimana halnya seorang perempuan banyak laki-laki yang menyukainya dan ingin melamarnya karena cut nyak dhien sendiri juga memiliki rupa yang cantik,hingga pada usia 12 tahun akhirnya ia dinikahkan oleh orang tuanya dengan Teuku Ibrahim Langa putra dari hulubalang lamnga ke XIII yang dari pernikahan itu merelka dikaruniai satu anak laki-laki.


                                        Gambar: Cut Nyak Dhien diabadikan pada perangko


Pada tahun 1873 belanda menyerang kesultanan aceh dan mulai melepaskan tembakan meriam ke daratan aceh dari kapal perang citadel van antwerpen pertempuran pun meletus, belanda mendarat di pantai ceureumen di bawah pimpinan köhler pada april tahun 1873, kesultanan aceh yang dipimpin oleh panglima polim dan sultan mahmud syah bertempur melawan belanda yang dipimpin johan harmen rudolf köhler yang ketika itu berkekuatan 3.198 prajurit. Kesultanan aceh berhasil memenangkan pertempuran ketika itu,ibrahim lamnga yang berada di garis depan kembali dengan teriakan kemenangan sementara köhler tewas tertembak.

Tidak berhenti sampai disitu belanda yang penasaran dengan kesultanan aceh kembali mengirimkan pasukannya satu tahun kemudian dibawah pimpinan jenderal jan van swieten yang akhirnya dapat menduduki daerah mukim VI dan menyebabkan jatuhnya keraton sultan mukim VI,sebagaimana dijelaskan pada artikel sebelumnya bahwa mukim adalah himpunan beberapa desa yang dipimpin oleh seorang imam  yang disebut hulubalang,hulubalang adalah bawahan utama sultan yang dianugerahi dan dipercaya untuk mengelola dan menjalankan roda kerajaan didaerah mukim tersebut dan kesimpulannya bahwa yang diduduki oleh belanda adalah kekuasaan hulubalang di daerah mukim VI tidak kerajaan/kesultanan aceh inti atau pusat.

Karena kejatuhan daerah mukim VI, maka cut nyak dhien dengan membawa bayi akhirnya mengungsi bersama ibu-ibu dan rombongan lainnya pada tahun 1875 sedangkan suaminya ibrahim lamnga melanjutkan pertempuran dan berusaha untuk merebut kembali daerah mukim VI, hingga pada tahun 1878 ibrahim lamnga tewas pada pertempuran di Gle Tarum, pasukan aceh sendiri bertempur dengan senjata yang salah satunya menggunakan rencong,rencong adalah senjata tradisonal milik suku aceh.



                                         Gambar: Rencong


Tidak berselang lama setelah kematian ibrahim lamnga cut nyak dhien dipersunting oleh teuku umar pada tahun 1880 yang merupakan seorang tokoh perjuangan aceh,pada awalnya  cut nyak dhien menolak lamaran itu namun karena teuku umar menjajanjikan untuk bisa berperang membela aceh maka cut nyak dhien lalu menerimanya dan menikah untuk kedua kalinya dengan teuku umar,dari pernikahan tersebut mereka dikaruniai seorang anak perempuan yang diberi nama cut gambang.

Pertempuran gerilya kembali dilanjutkan,tanpa diketahui teuku umar ternyata berhubungan dengan pihak belanda dan hubungan tersebut semakin hari semakin erat hingga pada tahun 1893 teuku umar membuat langkah yang mengejutkan dengan pergi ke kutaraja dengan 250 orang pasukan untuk menyerahkan diri,hal tersebut menjadikan belanda sangat senang dan memberika gelar Teuku Umar Johan Pahlawan dan menjadikannya komandan unit pasukan belanda dengan kekuasaan penuh,melihat hal yang demikian cut nyak dhien berusaha untuk memberikan nasehat agar teuku umar kembali berjuang untuk aceh namun teuku umar tetap pada pihak yang berseberangan.

Tanpa disadari ternyata hubungannya tersebut hanya merupakan siasat dari teuku umar untuk mempelajari taktik-taktik dan rencana dari belanda,dikarenakan ia memiliki kekuasaan penuh pada pasukan belanda yang dipimpinnya maka dengan perlahan teuku umar mengganti satu demi satu prajurit yang ada dalam komandonya,diganti dengan orang-orang aceh baik yang berasal dari pasukannya maupun dari luar hingga pasukan sudah cukup maka teuku umar menyatakan keinginan untuk menyerang daerah basis pertahanan aceh yang disetujui oleh belanda. Teuku Umar dan cut nyak dhien berangkat dengan semua pasukan yang ada serta perlengkapan berat, senjata, dan amunisi milik belanda lalu tidak pernah kembali,penghianatan ini disebut Het verraad van Teukoe Oemar (pengkhianatan Teuku Umar).



                                             Gambar: Teuku Umar


Teuku umar yang berkhianat memicu kemarahan dari pihak belanda dan memerintahkan operasi skala besar untuk menangkap teuku umar dan cut nyak dhien yang dipimpin oleh Jenderal Jakobus Ludovicius Hubertus Pel dan mencabut gelar pahlawan dari teuku umar,pasukan tersebut mencari keberadaan teuku umar dan membakar rumahnya. Seorang informan belanda mengetahui rencana bahwa cut nyak dhien dan suaminya akan menyerang daerah kutaraja dan meulaboh pada tahun 1899 hingga pada pertempuran di meulaboh teuku umar gugur tertembak.

Cut nyak dhien kemudian memimpin pertempuran di deerah pedalaman meulaboh menggantikan teuku umar bersama pasukan kecilnya serta berusaha untuk melupakan kematian suaminya,pasukan cut nyak dhien bertempur hingga tahun 1901 sebelum akhirnya harus mundur kebelakang karena pengalaman pasukan belanda yang sudah biasa berperang di daerah aceh serta peralatan dan persenjataan mereka yang lengkap,disamping itu juga faktor usia cut nyak dhien yang tidak memungkinkan untuk melanjutkan pertempuran dan kesulitan yang dihadapi guna mendapatkan logistik juga merupakan penyebabnya.

Melihat kondisi tersebut pang laot yang merupakan salah satu pasukan dibawah pimpinan cut nyak dhien melaporkan lokasi persembunyian dan pusat strategi mereka di Beutong Le Sageu kepada pihak belanda karena iba kepada cut nyak dhien,dengan cepat tempat persembunyian mereka pun diserang yang menyebabkan pasukan cut nyak dhien terkejut namun berusaha untuk bertempur mempertahankan hidup mereka,pada pertempuran tersebut belanda berhasil menangkap cut nyak dhien dan dibawa ke banda aceh sementara anaknya yang sudah mulai tumbuh besar berhasil kabur ke hutan.


Rekomendasi: Profil Tokoh: Sultan Iskandar Muda 


Di banda aceh cut nyak dhien dirawat karena penyakitnya dan perlahan-lahan mulai mendapatkan kesembuhan,kemudian pihak belanda memutuskan untuk memindahkannya ke sumedang karena khawatir kehadirannya di aceh akan menimbulkan semangat perjuangan penduduk aceh untuk kembali melakukan pemberontakan,hingga pada tahun 1908 menghembuskan nafas terakhirnya karena usia yang sudah tua,cut nyak dhien di tetapkan sebagai pahlawan nasional indonesia melalui SK Presiden RI No.106 Tahun 1964 pada tanggal 2 Mei 1964.


Sebagai bentuk penghormatan nama cut nyak dhien diabadikan pada kapal perang indonesia (KRI) Cut Nyak Dhien,mata uang rupiah dengan nominal sepuluh ribu rupiah yang dikeluarkan pada tahun 1998 memuat gambar cut nyak dhien dengan deskripsi Tjoet Njak Dhien,juga sebagai nama jalan di berbagai kota di indonesia dan di bangun sebuah mesjid di belakang makamnya untuk mengenangnya. Kisah cut nyak dhien juga diangkat kedalam film drama yang berjudul Tjoet Nja Dhien dan ke berbagai karya seni lainnya. 



                                         Gambar: Makam Cut Nyak Dhien di Sumedang





Demikianlah sajian dari penulis dalam topik pembahasan Profil Tokoh: Cut Nyak Dhien pada kesempatan kali ini semoga kiranya memiliki manfaat dan penulis menyadari bahwa apa yang disajikan ini kemungkinan tidak seratus persen lengkap sempurna baik dari data maupun dari keakuratan informasi, semua itu kembali pada keterbatasan data,informasi, maupun segala hal yang berkaitan dengan tokoh yang sedang dibahas kali ini yang ada pada penulis. Akhir kata terus kunjungi Kanaha dan pastikan anda tidak tertinggal satu artikel terbaru pun dari penulis.




Sumber:  1. Wikipedia
                2. Biografiku.com
                3. Pahlawanindonesia.com
                4. Biografi-tokoh-ternama.blogspot.com










ARTKEL TERKAIT



Tidak ada komentar:

Posting Komentar